Di bagian terakhir dari tulisan berseri tentang Ci’i ini, saya akan menceritakan trik yang digunakan oleh tenaga kebersihan asal Kelurahan Kayu Merah, Kecamatan Limboto ini dalam menghadapi masalah yang datang dari Perusahaan Listrik Negara, sebuah BUMN bernilai triliunan rupiah dan memiliki kantor cabang di mana-mana. Mau tahu?
Bagaimana cara Ci’i melawan BUMN sebesar PLN
Sebenarnya, cobaan untuk Ci’i masih belum habis. Selain saluran air yang pernah tersumbat atau lantai yang langsung kotor setelah dibersihkan, ternyata masih ada satu lagi handicap yang perlu diutarakan di sini, yakni “mati lampu” alias “tidak ada listrik” seperti kata orang-orang Gorontalo. Dan ini perlu ditulis karena Ci’i punya trik yang bagus sekali untuk mengatasi rintangan ini tanpa harus mengganggu kinerjanya. Penasaran bukan?
Pemkab Gorontalo Ci’i VS PLN
Di Gorontalo, masalah padamnya listrik PLN sudah menjadi “makanan” biasa. Terkadang listrik padam di waktu subuh, kadang di waktu petang dan malam. Tapi lebih parah lagi kalau terjadi di waktu siang. Kalau listrik padam, produktivitas para pegawai di DPPKAD kabupaten gorontalo biasanya langsung turun. Hal ini bukan sebuah keanehan karena hampir seluruh proses dan mekanisme keluar-masuk keuangan di daerah ini dikendalikan dengan bantuan sistem informasi berbasis komputer yang secara otomatis juga bergantung kepada pasokan listrik. Bila listrik padam, maka komputer tidak bisa hidup. Dan bila komputer tidak bisa nyala, maka aplikasi pun jadi off. Dan bila aplikasi off, maka pegawai akan …..
Para pegawai biasanya akan “ngerumpi”. Memang tidak semuanya, tapi hampir sebagian besar pegawai biasanya cenderung seperti kehilangan arah ketika listrik padam. Kecuali Ci’i. Awalnya, saya juga sempat berpikir bahwa kinerja Ci’i juga akan turun bila listrik padam. Dugaan ini sebenarnya juga logis karena ketika listrik padam maka pompa air pun tidak akan bisa difungsikan. Dan kalau pompa air sedang inaktif, maka air pun tidak bisa naik ke lantai dua. Dan bila air tidak bisa naik ke atas, harusnya Ci’i akan sangat kesusahan membersihkan piring-piring atau gelas kotor di kantor. Harusnya sih …
Tapi bukankah ada air yang mengalir di lantai satu? Logikanya sih begitu, tapi di kantor DPPKAD sayangnya tidak. Tapi Ci’i memang luar biasa. Padamnya listrik tampaknya tidak menyebabkan padamnya akal dan tangannya. Alih-alih ngerumpi, Ci’i ternyata rela berjalan kaki ke Kantor Bagian Pembangunan untuk mencari air. Nah kebetulan air di kantor salah satu bagian dari sekretariat daerah ini ternyata tidak mati sehingga Ci’i bisa memanfaatkannya. Dan di sinilah Ci’i kemudian memindahkan aktivitas bersih-bersihnya. Piring dan gelas kotor yang ada di lantai dua beliau angkut ke bawah. Lalu beliau cuci di sana. So sweet …. subhanallah .. Ci’i benar-benar profesional.
Waktunya pulang
Di bagian pertama serial tulisan ini, saya pernah menulis begini:
………. Rambutnya ikal dengan kulit cokelat yang biasanya dikucir. Dari segi penampilan, wanita yang berusia sekitar 40 – 50an tahun ini mungkin bukanlah seorang yang bisa membuat Anda semua akan terpukau laksana Zulaikha yang pernah merinding ketika melihat Nabi Yusuf. Noupe! Karena memukau orang dengan penampilan sepertinya bukanlah tugas Ci’i. Tapi dengan hasil kerjanya! Itulah tugas utama tenaga kebersihan yang dimiliki oleh Dinas PPKAD Kabupaten Gorontalo ini ….
Tahukah Anda, kalau dipikir-pikir, sepertinya saya sudah membuat kesalahan besar dengan teks di atas. Pada kenyataannya, Ci’i ternyata berhasil membuat seorang pria bertekuk lutut juga di hadapannya. Buktinya, beliau sudah menikah dan dikaruniai dua orang anak. Pria ini, yang hatinya jatuh ke tangan Ci’i, biasanya datang dengan sepeda motornya menjelang atau bakda adzan isya’ ke kantor DPPKAD khusus untuk menyongsong bidadarinya.
Jujur saja, saat melihat adegan romantis ini, saya jadi teringat dengan teori kuantor universal yang menjadi salah satu pelajaran dalam mata kuliah logika informatika. Menurut teori ini, untuk menegasikan sebuah premis yang berbunyi;
“Semua laki-laki berkata Ci’i tidak mempesona“
bukanlah dengan premis:
“Semua laki-laki berkata Ci’i mempesona“
melainkan
“Ada satu laki-laki yang berkata Ci’i mempesona“
Nah lho, di Gorontalo, sepertinya teori ini sudah berbicara dengan sendirinya.
Kesimpulan kisah Ci’i untuk Para Pembaca PengusahaMuslim.com
Ci’i bekerja dengan sepenuh hati, tidak mudah sakit hati, mengakali kekurangannya dengan apa-apa yang sudah melekat dengannya dan lingkungannya, dan terakhir ….. beliau memang berjasa tanpa harus tahu bahwa beliau memang benar-benar berjasa. Bila Ci’i adalah pengusaha, beliau sepertinya tidak perlu repot lagi membaca banyak buku bisnis karena beberapa sikap pebisnis sukses sudah ada di hatinya. Terima kasih Ci’i.
Semoga bermanfaat. Insyallah. Amin.
Desa Huidu, Kabupaten Gorontalo, Sabtu, 31 Maret 2012 pukul 17:30 WITA